Sabtu, 09 April 2016

http://nurrahma012.blogspot.co.id/2015/03/makalah-manusia-sebagai-khalifah-dimuka.html
MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

A.   PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang
Manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan ditandai dengan kemampuan dalam mengabdikan dirinya hanya kepada Allah Swt. Selain itu, dia mesti memiliki kemampuan untuk menjalankan peranan hidupnya sebagai Khalifah fi al-Ardhi, yaitu kemampuan untuk memakmurkan bumi serta melestarikannya. Dia juga mesti dapat menebarkan rahmat bagi alam sekitarnya sesuai dengan tujuan penciptaannya dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidupnya . Di samping itu dia juga mampu membangun komunikasi yang harmonis dengan Allah Swt. (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas), dan alam lingkungan (hablum minal alam). 
Bicara masalah agama dan kepemimpinan, secara khusus dalam agama Islam, tentu tidak bisa lepas dari sosok Nabi Muhammad saw. sebagai satu-satunya figur paling sempurna yang pernah diutus oleh Allah ke muka bumi ini yang bahkan digelar sebagai suri tauladan yang baik (uswatun hasanah). Tidak hanya dalam Ibadah, namun juga dalam berbagai aspek kehidupan, Nabi Muhammad saw. adalah figur yang patut untuk dijadikan sebagai contoh, termasuk dalam hal ini aspek kepemimpinan.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kepada kita yang membacanya, agar dapat mengetahui kedudukan manusia di muka bumi ini, juga dapat memahami tugasnya dan kewajibannya sebagai khalifah di bumi ini., untuk pembahasan lebih lanjut berikut penjelasannya.






B.   PEMBAHASAN
1.  Pengertian Manusia
            Manusia merupakan makhluk yang memiliki  kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan seperti Pengasih, Penyayang , dan lain sebagainya.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran . Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya. Dalam Islam pengelolaan sumber daya manusia mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan pada konsep Islam mengenai manusia itu sendiri. Konsep Pertama yaitu Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Oleh karena itu segala kegiatan manusia harus merupakan bentuk ibadah. Konsep kedua yaitu  Manusia adalah khalifatullah fil ardhli , sebagaimana firman Allah SWT: 
Artinya:
 Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirkan kepada para Malaikat, “ Aku hendak menjadikan khalifah  di bumi “ Mereka berkata, “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(Q.S Al-Baqarah:30)


Kandungan Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 30 adalah : 
a.       Allah mengabarkan kepada Malaikat tentang rencananya menciptakan makhluk yang dinamakan  manusia menjadi khalifah di bumi.
b.      Para Malaikat ingin  mengetahui secara pasti dengan mengajukan pertanyaan “   Apakah Allah akan menciptakan makhluk di bumi yang akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah?”  Padahal mereka ( para Malaikat ) merupakan makhluk yang senantiasa bertasbih, menyucikan Allah, mentaati perintah-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. 
c.       Ketidak tahuan para Malaikat dan kekhawatirannya setelah mendapatkan penjelasan dari Allah, bahwa Allah lebih mengetahui dari apa yang telah di ketahui para Malaikat

Ayat diatas dipertegas dengan ayat lainnya dalam Q.S Al-An’am/6:165
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu…(Q.S Al-An’am/6:165)
Oleh karena itu manusia dikaruniai akal, perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat al-Qur’an telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia, seperti yang  disebutkan dalam Q.S. at- Tin/95:4
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya..”
Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia menjadi individu yang dapat mengembangkan diri dan menjadi anggota masyarakat  yang bermanfaat sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya.
2.     Pengertian Khalifah
Persoalan yang pertama muncul ketika Rasulullah Saw wafat adalah masalah khalifah /kepemimpinan, mengenai siapa yang cocok menggantikan kedudukan beliau sebagai kepala negara. Persoalan ini meskipun dapat diatasi dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah, namun persoalan ini muncul kembali ketika terbunuhnya ‘Usman bin Affan RA. dan naiknya ‘Ali bin Abi Ṭalib sebagai khalifah menggantikan ‘Usman RA. 
Secara historis, umat Islam tidak dapat dipisahkan dari masalah khalifah /kepemimpinan. Hal ini bukan hanya disebabkan karena kepemimpinan itu merupakan suatu kehormatan besar, tetapi juga memegang peranan penting dalam dakwah Islam.  khalifah adalah siapa saja yang menggantikan posisi orang lain untuk menjalankan suatu fungsi, baik merupakan fungsi yang melekat pada dirinya secara inheren maupun fungsi dalam konteks jabatan.
Khalifah yang dimaksud adalah Adam as. Al-Alusi al- Qurtubiyang mengutip pendapat ibn Mas’ud dan para pentakwil serta al-Maraghi, sepakat mengatakan bahwa kekhalifahan Adam ditugaskan untuk memakmurkan bumi, mempimpin manusia, dan untuk menjalankan perintah Allah SWT.  Dengan demikian, kehidupan Adam sebagai khalīfah sejak diciptakan hingga akhir hayatnya menjadi pergumulan terus-menerus antara kebajikan dan keburukan.
a.      Unsur-unsur Kekhalifahan di Bumi
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kekhalifahan dapat terjadi karena ada tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu:
1.       Manusia sebagai Khalifah. Khalifah adalah seorang hamba Allah yang mendapatkan mandat sebagai pelaksana, pengatur, penentu kebijakan dan menetapkan hukum-hukum sesuai dengan kehendak Allah swt.
2.      Al-ard (bumi). Bumi atau wilayah tertentu adalah tempat atau sarana dalam melaksanakan kekhalifahan. Bumi merupakan tempat berbagai  potensi yang dibutuhkan oleh manusia untuk mendapatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, khalifah berkewajiban mengelolah ( ista’mara /memakmurkan) bumi dan semua isinya atau sumber-sumbernya untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, seorang khalifah harus memiliki ilmu pengetahuan untuk mengelolah objek kekuasaan itu.
3.      Hubungan antara pemilik kekuasaan dengan wilayah, dan hubungannya dengan pemberi kekuasaan (Allah swt).

b.      Konsep kekhalifahan
Konsep Kekhalifahan meliputi lima hal yaitu:
1.      Manusia hanyalah bertindak sebagai pengelola (administrator) dan manusia tidak memegang posisi ini menurut haknya sendiri.
2.      Manusia harus mengelola sesuai dengan arahan-arahan yang diberikan Allah SWT
3.      Selama menjalankan kekuasaan-kekuasaan ini, manusia harus juga memenuhi tujuan dan maksud Allah.
4.      Manusia harus menjalankan kekuasaan ini dengan batas-batas yang telah digariskan Allah.
5.      Siapapun yang memegang kekuasaan, dia harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambil.

c.       Kriteria Khalifah dalam Al-Qur’an
Khalifah yang diberikan amanah untuk menjalankan fungsi sebagai pemimpin dan pengelolah wilayah bukanlah manusia yang diangkat dengan tanpa alasan yang mendasar, tetapi harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk menyandang gelar khalifah .
a.       Manusia yang kuat pisiknya dan jujur, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. al-Qaṣaṣ (28): 26
Artinya:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

b.      Manusia yang beriman, sebagaimana yang dijelaskan dalam  Q.S. Ali Imran (3): 28

Artinya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Yang dimaksud dengan auliya jamak dari waliy pada ayat tersebut adalah pemimpin, penolong dan teman yang akrab. 
c.       Manusia yang adil dan dapat menunjuki jalan yang lurus sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ṣād (38): 22
Artinya:
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (Kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah Kami ke jalan yang lurus.
Ayat ini merupakan gambaran peranan pemimpin dalam kehidupan masyarakat, selain ia dituntut berlaku adil dalam memutuskan perkara, ia juga dituntut dapat menunjuki jalan yang lurus. Hal ini tidak heran karena Daud adalah seorang  nabi yang dapat memperoleh wahyu sehingga dapat menunjuki rakyatnya ke jalan yang lurus.
d.      Sifat pemimpin terpuji yang diinformasikan oleh  Alquran yaitu: 
a)      Q.S. al-Anbiyā’ (21): 73
Artinya:
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah
b)      Q.S. al-Sajadah (32): 24
Artinya:
dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.


e.       Alasan manusia dijadikan khlalifah
1.      Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam) yang dapat digambarkan adanya perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam , tidak lain karena kekhususan Nabi Adam memiliki ilmu pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena hasil dari usahanya sendiri. (Q.S Al-Baqarah ayat 32)
2.      Kekhalifahan Nabi Adam dimuka bumi ini, adalah karena kemungkinannya untuk dibebani amanat kemanusiaan serta pertanggung jawaban dari amal usahanya serta rentetan-rentetan cobaan-cobaannya yangsedangkan  para malaikat ini ditakdirkan dengan patuh yang mutlak dan bebas dari godaan.
C. Peranan manusia sebagai  khalifah
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.


D. Tanggung Jawab Manusia sebagai seorang khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggung jawabkan di hadapanNya. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinyamengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya dengan baik, Allah mengajarkan kepadamanusia kebenaran dalam segala ciptaan Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadaphukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsepserta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan. Dan seorang khalifah harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang ia ambil.











C.   PENUTUP
1.     KESIMPULAN
Manusiamerupakan makhluk yang memiliki  kemampuan istimewa dan menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan seperti Pengasih, Penyayang, Pemaaf, dan lain sebagainya
Tujuan penciptaan manusia di atas bumi ini adalah untuk beribadah sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan didunia maupun di akhirat. Jadi, manusia diatas bumi ini adalah sebagai khalifah yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan didunia dan ketenangan di akhirat.
Ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirkan kepada para Malaikat, “ Aku hendak menjadikan khalifah  di bumi “ Mereka berkata, “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”  (Q.S Al-Baqarah:30)
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).





DAFTAR PUSTAKA
     Drs. Syahid Mu’ammar pulungan, Manusia dalam Al-Qur’an, PT.Bina Ilmu,Surabaya,1984.
      Dr. Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Gema Insani Press,Jakarta,1996.
      Drs. Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an, PT.Bina Ilmu, Jakarta, 1994.
      Dr. Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Qur’an, PT. Bulan Bintang,Jakarta, 1992.


0 komentar:

Posting Komentar